Telur adalah zigot yang dihasilkan melalui fertilisasi sel telur dan berfungsi memelihara dan menjaga embrio. Telur-telur reptilia dan burung diselimuti kerak pelindung, yang memiliki lubang yang sangat kecil agar hewan yang belum lahir tersebut dapat bernafas (Anonim, 2011).
Telur adalah suatu bentuk
tempat penimbunan zat gizi seperti
air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk
petumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus
fertil atau biasa disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang
sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur
tersebut disebut telur infertil atau biasa disebut telur konsumsi, artinya
telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk
dikonsumsi saja. (Anonim, 2012).
Telur merupakan kumpulan
makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak
ayam didalam satu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah
menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: kulit telur, bagian cairan
bening dan bagian cairan yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).
Kerabang telur atau egg shell
mempunyai dua lapisan yaitu spongy layer dan mamillary layer yang terbungkus
oleh lapisan lender berupa kutikula. Lapisan luar terbentuk dari kalsium,
phosphor dan vitamin D yang merupakan lapisan paling keras yang berfungsi
melindungi semua bagian telur. (Stadellman et al., 1995).
Untuk mendapatkan daya tetas
yang tinggi kita harus melakukan seleksi telur dengan ketat. Karena sifat-sifat
tertentu dari telur korelasinya sangat nyata dengan tinggi rendahnya daya
tetas. Ada beberapa telur yang tidak boleh ditetaskan yakni: telur kotor atau
telur lantai, telur retak, telur yang kulitnya tipis, atau bentuknya abnormal,
telur double yolk (kuning telur double) atau bahkan lebih dari dua, telur kecil
( berat dibawah standar telur tetas) dan telur IB (Wandoyo, 1997).
Dari beberapa penelitian yang
dilakukan beberapa ahli, misalnya Haryanto
(1996), Muhammad Rasyaf (1991) dan Antonius Riyanto (2001) menyatakan bahwa
kerusakan isi telur disebabkan adanya CO2 yang terkandung didalamnya sudah
banyak yang keluar, sehingga derajat keasaman meningkat. Peguapan yang terjadi
juga membuat bobot telur menyusut dan putih telur menjadi lebih encer. Telur
segar yang baik ditandai oleh bentuk kulitnya yang bagus, cukup tebal, tidak
cacat (retak), warnanya bersih, rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning
telur di tengah-tengah, dan tidak terdapat bercak atau noda darah (Anonim, 2010).
Secara alamiah bangsa unggas yang salah satunya
adalah ayam, akan mengerami
telur-telurnya apabila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari
memperbanyak keturunannya (spesiesnya). Mesin tetas tentunya memang diciptakan
untuk mengambil alih tugas mengerami dari seekor induk ayam (atau bangsa unggas
lainnya) dalam mengerami telur-telur yang dibuahi dari hasil persilangan atau
perkawinan dengan pejantan (Anonim,
2010).
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan
mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku
(behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan
populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah
dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara,
yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melalui penetasan buatan (mesin
tetas) (Anonim, 2012).
Adapun macam-macam mesin tetas
menurut (Anonim, 2010) adalah
sebagai berikut :
·
Alat tetas dengan teknologi sekam dan sumber
panas matahari
·
Mesin tetas listrik dengan lampu bohlam sebagai
alat pemanasnya
·
Mesin tets listrik dengan menggunakan lampu
minyak
·
Mesin tetas dengan kawat nekelin
·
Mesin tetas dengan kombinasi beberapa hal diatas
·
Mesin tetas otomatis
Secara garis besar inkubator hanya dikelompokkan menjadi tipe dasar, yaitu tipe Forced Air (dengan
sirkulasi udara) dan Still Air (tanpa sirkulasi udara). Di Indonesia (Jakarta)
ditemukan tipe Still Air yang banyak dijual dengan kapasitas mulai dengan 40,
100 dan 200 butir telur, walau pada praktiknya yang berkemampuan 100 butir
hanya bisa dipakai untuk menetaskan 70 butir agar ada cukup ruang, tidak
terlalu padat dan baik daya tetasnya. Jenis ini membutuhkan banyak penanganan
dalam pemutaran telur yang biasanya dilakukan sedikitnya 3 kali sehari secara
satu persatu dan dengan cara membuka tutup inkubatornya. Suhu penetasannya
selalu dibuat 2oF sampai 3oF lebih tinggi dari tipe
Forced Air atau sekitar 102oF sampai 103oF. Hal ini karen
panas uuntuk penetasan dirambatkan melalui udara dari lampu bohlam diatasnya (Anonim, 2010).
Sebagai catatan :suhu sekitar 105oF untuk 30 menit dapat
mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada 90oF
untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur (Anonim, 2010).
Tolak ukur keberhasilan dalam menetaskan telur unggas adalah banyaknya dari
telur-telur yang menetas dari telur yang fertil dari jumlah telur yang
ditetaskan. Tak diragukan lagi bahwa persentase daya tetas ditentukan oleh 3
faktor, yaitu Operator (orang yang menetaskan), telur yang akan ditetaskan dan
messin tetas yang digunakan dalam prose penetasan. Telur yang akan ditetaskan
syarat utamanya adalah telur tersebut harus fertil (penentu fertil tidaknya
telur dengan alat candler). Untuk menghasilkan telur-telur yang memenuhi syarat
untuk ditetaskan maka telur-telur tersebut harus dan perlu untuk diseleksi
(atau lebih dikenal dengan seleksi telur tetas) salah satu penyeleksian telur
tetas yang penting adalah diantaranya bentuk telur tetas. Sebutir telur dapat
dikeluarkan melalui saluran telur (oviduct) memakan waktu sekitar 25,1 jam (sehari
lebih 1 jam). Jika dalam proses peneluran tersebut terganggu (karena nutrisi,
genetik, lingkungan kandang sekitar baik secara internal maupun eksternal maka
akan menghasilkan telur-telur yang mempunyai macam-macam bentuk telur. Dikenal
ada 3 bentuk telur unggas yaitu : bulat, lonjong dan oval telur. Dari ketiga
bentuk tersebut yang ovallah yang baik untuk ditetaskan karena menghasilkan
daya tetas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk lainnya (Soedjarwo, 2012).
Tahap-tahap
menetaskan telur dimulai dari penerimaan telur sampai prossesing DOC dan
distribusi, yang diuraikan sebagai berikut :
Telur tetas yang masuk ke Hatchery berasal dari Breeding Farm . Telur yang
diterima dari kandang kemudian dimasukkan kedalam cooling room dan di
identifikasi, yang meliputi pemeriksaan fisik antara jumlah yang tertera
disurat jalan dengan yang diterima oleh Hatchery antara lain, jumlah telur
dengan egg tray, asal kandang dan usia induk.
Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas disebut HE (Hatching
Egg) dan telur yang tidak layak tetas yang disebut grade out.
Berat telur yang ideal adalah 54 gram per butir, karena akan menyusut 30 %
dari bobot awal. Sehingga akan mencapai berat ideal DOC yang memiliki bobot
36/37 gram.
Dalam proses seleksi telur, simpan telur secara hati-hati kedalam setter
tray atau tray transportasi dimana ujung yang tumpul berada diatas.
Ciri-ciri telur yang layak ditetaskan :
·
Berat telur normal yaitu 50-60 gram.
·
Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan
perbandingan 2 : 3.
·
Warna kulit telur berwarna coklat gelap.
·
Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3 mm.
·
Kulit telur tidak kasar dan tidak
berbintik-bintik.
Ciri-ciri telur yang tidak layak tetas :
·
Kerabang telur tipis.
·
Kotor (floor egg)
·
Misshape (bintik bintik seperti jamur)
·
Ring egg
·
Terlalu panjang
·
Retak dan pecah
·
Abnormal
·
Double yolk (kuning telur 2)
3. Cooling Room
Cooling room merupakan tempat penyimpanan telur tetas sementara sebelum
disetting. Suhu ruangannya berkisar antara 16oC – 21oC,
lama penyimpanan telur tetas di cooling room biasanya dilakukan selama 1-4
hari, jika lebih akan berefek negatif terhadap hatchability. Proses ini
bertujuan agar suhu telur menjadi rata semua dan menekan pertumbuhan embrio di
dalam telur sebelum masuk ke mesin tetas.
4. Pre Warming
Pre warming (pra penghangatan) adalah pemanasan awal terhadap telur tetas
sebelum di setting ke mesin setter dengan tujuan agar tidak terjadi “Heat
Shock” atau untuk menyesuaikan suhu semua telur. Temperatur ruang yang ideal
untuk pre warming adalah 24-, proses pre warming dilakukan dengan menaruh roda
telur di depan ruangan setter sebelum dilakukan setting.
5. Setting Telur Tetas
Setting adalah Proses
masuknya telur kedalam mesin Setter sesuai dengan kode setting setelah melaluia
Proses Pre Warming. Telur harus kehilangan berat selama Proses di Setter
sebesar 13 – 14 % dari berat asli untuk mendapatkan ukuran kantong udara (Air
Cell) yang ideal. Sehingga pada saat akan Transfer dilakukan Penimbangan yang
bertujuan agar dapat mengetahui weight loss nya (Penyusutan) berat telur yang
sangat erat kaitannya dengan humidity yang berpengaruh pada kualitas DOC
yangdihasilkan.
6. Weight Loss
Adalah Penyusutan berat Telur selama Proses Inkubasi di Setter dalam satuan Persentase. Penyebab terjadinya penyusutan
yaitu karena adanya peningkatan temperatur.
Factor factor yang mempengaruhi pencapaian Weight Loss , yaitu :
·
Berat Hatching Egg (HE)
·
Usia Induk
·
Lama Koleksi HE Di Cooling Room
·
Set Point Humidity
·
Waktu Transer (18 atau 19 hari)
·
Kualitas kerabang telur
7. Mesin Setter dan Hatcher
Dalam
satu proses menetaskan telur secara buatan (mesin),ada dua jenis mesin yang
digunakan untuk menetaskan telur tersebut, yaitu :
Mesin Setter atau Incubator (Mesin
Pengeraman)
Mesin ini berfungsi sebagai tempat
pengeraman, dimana didalamnya terdapat 3 pengaturan penting mengenai suhu,
kelembaban, dan turning. Penyimpanan telur di mesin setter selama 19 hari (498
jam) dengan menggunakan temperature 99,5oF (37,5oC) dan kelembaban 65-80 %. Mesin
incubator ini ada dua jenis, yaitu :
· Incubator
Single Stage
Dimana mesin ini adalah sebuah mesin Incubator, yang dirancang khusus untuk
produksi DOC dalam 1 putaran waktu setting. Dengan kata lain, mesin ini
menyimpan kapasitas telur yang akan ditetaskan dalam waktu yang sama
· Incubator
Multi Stage
Berbeda dengan Sigle Stage, sesuai dengan namanya, mesin ini mampu
menyimpan telur dalam keadaan koleksi setting yang berbeda usia dan kapasitas
yang lebih besar, sehingga memungkinkan Multi Stage untuk membuat 1 alur
kegiatan Penetasa yang terus berlanjut.
Dengan perbedaan antara Sigle Stage
dan Multi Stage untuk membuat 1 alur kegiatan Penetasan yang terus berlanjut.
Ø Mesin Hatcher (Mesin Penetasan)
Mesin ini adalah mesin khusus untuk
menetaskan. Sebagai proses penyelesaian dari mesin Setter atau Incubator.
Berbeda dengan Incubator, mesin ini tidak mempunyai Turning. Selain itu, jika
pada Incubator menggunakan Egg Tray, dimana telur disimpan dalam keadaan yang
memudahkan keluar masuknya arus udara. Sedangkan, pada mesin Hatcher, tidak ada
Egg Tray yang ada adalah keranjang, yang dirancang rapat, karena agar DOC yang
telah menetas dapat terjaga, tanpa mengalai jatuh didalam mesin. Hatcher pada
umumnya, tidak ada yang Multi Stage, dengan kata lain, Proses Hatcher hanya
untukn satu kali alur produksi DOC.
8. Turning
Turning
telur di Setter bertujuan agar embrio dapat memanfaatkan seluruh Albumen
Protein yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel membran
khususnya pada minggu pertama incubasi. Idealnya turning setiap 1 jam 1x dengan
sudut kemiringan 45o dengan sistem Automatic Electric yang bertujuan menhomogenkan ekspos panas
terhadap telur tetas. Dengan turning yang baik akan membantu mengoptimalkan
pertumbuhan embrio didalam telur. Dan mencegah embrio agar tidak melekat pada
cangkang telur.
Selama proses perkembangan embrio
didalam telur terjadi peningkatan produksi panas didalam setter, dengan adanya
turning akan membantu mendistribusikan udara dan membantu mendinginkan setter.
9. Transfer telur
Transfer yaitu proses pemindahan telur-telur fertil yang sudah berusia
18-19 hari dari mesin setter ke mesin hatcher melewati proses candling dan
handling dan menggunakan suhu 98,5oF (36,7oC) dan
kelembaban 85,5oF (32,2oC). Keakuratan dari proses
transfer ini sangat penting untuk mendapatkan hatchability yang baik. Untuk itu
kita harus jeli dan cepat tapi harus akurat.
Candling yaitu pemisahan antara telur yang memiliki embrio atau telur yang
dibuahi dengan telur yang tidak memiliki embrio atau telur yang tidak dibuahi
dengan cara penerepongan menggunakan cahaya. Candling dilakukan pada saat usia
telur dalam mesin setter 18 hari. Telur yang memiliki embrio atau telur yang
dibuahi disebut fertil dan telur yang tidak memiliki embrio atau yang tidak
dibuahi disebut telur infertil, sedangkan telur busuk disebut exploder egg.
Exploder egg adalah sebuah masalah besar yang harus dihadapi oleh hatchery karena hal ini dapat menyebabkan menurunnya
hatchability dan juga dapat mempengaruhi dari kualitas DOC yang dihasilkan.
Perbedaan telur fertil dan infertil pada saat candling yaitu telur fertil
akan tampak gelap karena di dalam telur tersebut terdapat embrio yang tumbuh,
sedangkan telur infertil akan tampak merah karena cahaya lampu neon dapat
menembus ke dalam telur karena di dalam telur tersebut tidak terdapat embrio
yang tumbuh. Disitulah kita ambil telur-telur yang termasuk telur infertil. Dan
candling kedua dilakukan seperti candling pertama.
Setelah proses candling selesai, telur kemudian dimasukkan ke dalam mesin
hatcher dengan temperatur di dalam mesin hatcher adalah 98,5o F dan
humidity 85,5o F.
Pull Chick yaitu panen DOC atau dikeluarkannya anak ayam yang sudah menetas
dan dilanjutkan dengan proses seleksi serta pengepakkan DOC. Menurut standar
nasional, bobot minimal DOC harus tidak kurang dari 37 gram. Masa inkubasi
normal untuk telur broiler di daerah tropis adalah 504 jam.
Kriteria dan syarat pull chick :
·
Semua telur secara keseluruhan sudah menetas.
·
DOC sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah
disekitar bulu leher.
·
Navel (pusar) sudah menutup rapat dan kering.
Adapun pemisahan DOC dapat dikelompokkan sebagai berikut :
·
Grade 1/A atau platinum
·
Grade 2/B atau gold
·
DOC afkir (culling)
Sementara telur yang tidak menetas dikenal dengan istilah UNHATCH/DIS (deat
in shell), dipergunakan untuk pakan ikan.
11. Grading,
seleksi DOC, dan packing
Pelaksanaan
grading dan seleksi DOC harus di kerjakan pada ruangan dengan suhu 25-27oC
dan kelembaban 60-70%. Seleksi DOC adalah memilih DOC yang berkualitas baik dan
layak untuk di jual, kemudian di packing atau dimasukan kedalam box DOC. Adapun
jenis box DOC yang biasa digunakan ada 3 jenis, diantaranya:
·
Box besar yang terbuat dari kardus dengan
kapasitas 100 ekor DOC dan tambahan bonus 2 ekor DOC, jadi total kapasitas
dalam 1 box adalah 102 ekor.
·
Box besar yang terbuat dari pelastik dengan
kapasitas 100 ekor DOC dan tambahan bonus 2 ekor DOC, jadi total kapasitas
dalam 1 box adalah 102.
·
Box kecil yang terbuat dari pelastik dengan
kapaitas 50 ekor DOC dan tambahan bonus 1 ekor DOC, jadi total kapasitas dalam
1 box adalah 51
Tanda-tanda
DOC berkualitas baik :
·
Pusarnya kering dan tertutup dengan baik
·
Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah
dan tidak kering
·
Sikapnya lincah, responsive dan warna bulu tidak
kusam
·
Besarnya relatif seragam (uniform)
·
Tidak ada cacat fisik ataunpun abnormal fisik
·
Mata cerah dan terang,
·
Hidung anak ayam ( nostril ) bersih dan tidak ada
bulu-bulu kecil yang menempel
·
Cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan
lingkungan yang minor dan mampu bereaksi normal dengan vaksin aktif yang
diberikan.
Tanda-tanda DOC afkir :
·
Black Nevel
(pusar hitam), penyebabnya over temperatur atau kelebihan suhu dimesin setter
atau hachery.
·
Oven Nevel
(pusar belum tertutup)
·
Omphalitis
(pusar kuning atau pusar basah)
·
Sticky chick
·
Red gazer
(kepala miring)
·
Red hocks
·
Perut
kembung, penyebabnya over temperatur dan over humidity.
·
String Never
(masih ada tali pusar)
·
Small chick
(DOC kecil)
12. Pemberian
Antibiotik
Memberikan antibiotik dengan cara suntik antibiotik dengan campuran
Gentamyn dan Aqua destilata dengan campuran 100 ml : 100 ml, atau 1 botol
Gentamyn berbanding dengan 1 botol aqua destilata. dengan dosis 100 ml untuk
2.00 ekor DOC.
Langkah-langkah pemberian antibiotik dengan cara injeksi :
1)
Persiapkan alat dan bahan.
- Alat : scorek, jarum suntik.
- Bahan : larutan Gentamyn dan Aquadestilata
2)
Larutkan kedua bahan tersebut.
3)
Pasang scorek dengan rapi (jarum suntik dan
selang sebagai penghubung scorek ke dalam botol).
4)
Lakukan penyuntikan dengan teliti dan benar (
injeksi subkutan : dibawah kulit pada pangkal leher DOC) dengan dosis 0,1 – 0,2
ml untuk 1 ekor DOC.
13. Distribusi
DOC dari Hatchery biasanya didistribusikan kesemua peternak yang bermaklun
di perusahaan tersebut.
·
Egg tray digunakan untuk menyimpan telur.
·
Troly atau roda tray.
·
Egg buggy adalah tempat yang digunakan untuk
menyimpan telur di mesin setter.
·
Box digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
DOC.
·
Sapu, ember dan lap digunakan untuk sanitasi
hatchery.
·
Blower digunakan untuk membantu sirkulasi udara.
·
Rak egg adalah tempat menyimpan telur dalam
mesin hatcher.
·
Koran untuk mengalasi box DOC.
·
Sancin /selang digunakan untuk menyempot air.
·
Tong besar digunakan sebagai tempat menyimpan
kerabang telur.
·
Detergen dan desinfektan digunakan untuk
membunuh bibit penyakit.
·
Thermometer untuk mengukur suhu ruangan
Kurang lebihnya seperti yang saya tulis sesuai dengan pengalaman PKL di Hatchery Tanjung Mulya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar