Jumat, 22 Mei 2015

Tahap-tahap Menetaskan Telur


Telur adalah zigot yang dihasilkan melalui fertilisasi sel telur dan berfungsi memelihara dan menjaga embrio. Telur-telur reptilia dan burung diselimuti kerak pelindung, yang memiliki lubang yang sangat kecil agar hewan yang belum lahir tersebut dapat bernafas (Anonim, 2011).
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk petumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau biasa disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau biasa disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. (Anonim, 2012).
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam satu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: kulit telur, bagian cairan bening dan bagian cairan yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).  
Kerabang telur atau egg shell mempunyai dua lapisan yaitu spongy layer dan mamillary layer yang terbungkus oleh lapisan lender berupa kutikula. Lapisan luar terbentuk dari kalsium, phosphor dan vitamin D yang merupakan lapisan paling keras yang berfungsi melindungi semua bagian telur. (Stadellman et al., 1995).
Untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi kita harus melakukan seleksi telur dengan ketat. Karena sifat-sifat tertentu dari telur korelasinya sangat nyata dengan tinggi rendahnya daya tetas. Ada beberapa telur yang tidak boleh ditetaskan yakni: telur kotor atau telur lantai, telur retak, telur yang kulitnya tipis, atau bentuknya abnormal, telur double yolk (kuning telur double) atau bahkan lebih dari dua, telur kecil ( berat dibawah standar telur tetas) dan telur IB (Wandoyo, 1997).
Dari beberapa penelitian yang dilakukan beberapa ahli, misalnya Haryanto (1996), Muhammad Rasyaf (1991) dan Antonius Riyanto (2001) menyatakan bahwa kerusakan isi telur disebabkan adanya CO2 yang terkandung didalamnya sudah banyak yang keluar, sehingga derajat keasaman meningkat. Peguapan yang terjadi juga membuat bobot telur menyusut dan putih telur menjadi lebih encer. Telur segar yang baik ditandai oleh bentuk kulitnya yang bagus, cukup tebal, tidak cacat (retak), warnanya bersih, rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning telur di tengah-tengah, dan tidak terdapat bercak atau noda darah (Anonim, 2010).
Secara  alamiah bangsa unggas yang salah satunya adalah ayam, akan mengerami  telur-telurnya apabila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari memperbanyak keturunannya (spesiesnya). Mesin tetas tentunya memang diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari seekor induk ayam (atau bangsa unggas lainnya) dalam mengerami telur-telur yang dibuahi dari hasil persilangan atau perkawinan dengan pejantan (Anonim, 2010).
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melalui penetasan buatan (mesin tetas) (Anonim, 2012).
Adapun macam-macam mesin tetas menurut (Anonim, 2010) adalah sebagai berikut :
·         Alat tetas dengan teknologi sekam dan sumber panas matahari
·         Mesin tetas listrik dengan lampu bohlam sebagai alat pemanasnya
·         Mesin tets listrik dengan menggunakan lampu minyak
·         Mesin tetas dengan kawat nekelin
·         Mesin tetas dengan kombinasi beberapa hal diatas
·         Mesin tetas otomatis
Secara garis besar inkubator hanya dikelompokkan menjadi  tipe dasar, yaitu tipe Forced Air (dengan sirkulasi udara) dan Still Air (tanpa sirkulasi udara). Di Indonesia (Jakarta) ditemukan tipe Still Air yang banyak dijual dengan kapasitas mulai dengan 40, 100 dan 200 butir telur, walau pada praktiknya yang berkemampuan 100 butir hanya bisa dipakai untuk menetaskan 70 butir agar ada cukup ruang, tidak terlalu padat dan baik daya tetasnya. Jenis ini membutuhkan banyak penanganan dalam pemutaran telur yang biasanya dilakukan sedikitnya 3 kali sehari secara satu persatu dan dengan cara membuka tutup inkubatornya. Suhu penetasannya selalu dibuat 2oF sampai 3oF lebih tinggi dari tipe Forced Air atau sekitar 102oF sampai 103oF. Hal ini karen panas uuntuk penetasan dirambatkan melalui udara dari lampu bohlam diatasnya (Anonim, 2010).
Sebagai catatan :suhu sekitar 105oF untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada 90oF untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur (Anonim, 2010).
Tolak ukur keberhasilan dalam menetaskan telur unggas adalah banyaknya dari telur-telur yang menetas dari telur yang fertil dari jumlah telur yang ditetaskan. Tak diragukan lagi bahwa persentase daya tetas ditentukan oleh 3 faktor, yaitu Operator (orang yang menetaskan), telur yang akan ditetaskan dan messin tetas yang digunakan dalam prose penetasan. Telur yang akan ditetaskan syarat utamanya adalah telur tersebut harus fertil (penentu fertil tidaknya telur dengan alat candler). Untuk menghasilkan telur-telur yang memenuhi syarat untuk ditetaskan maka telur-telur tersebut harus dan perlu untuk diseleksi (atau lebih dikenal dengan seleksi telur tetas) salah satu penyeleksian telur tetas yang penting adalah diantaranya bentuk telur tetas. Sebutir telur dapat dikeluarkan melalui saluran telur (oviduct) memakan waktu sekitar 25,1 jam (sehari lebih 1 jam). Jika dalam proses peneluran tersebut terganggu (karena nutrisi, genetik, lingkungan kandang sekitar baik secara internal maupun eksternal maka akan menghasilkan telur-telur yang mempunyai macam-macam bentuk telur. Dikenal ada 3 bentuk telur unggas yaitu : bulat, lonjong dan oval telur. Dari ketiga bentuk tersebut yang ovallah yang baik untuk ditetaskan karena menghasilkan daya tetas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk lainnya (Soedjarwo, 2012).

 Tahap-tahap menetaskan telur
Tahap-tahap menetaskan telur dimulai dari penerimaan telur sampai prossesing DOC dan distribusi, yang diuraikan sebagai berikut :
Telur tetas yang masuk ke Hatchery berasal dari Breeding Farm . Telur yang diterima dari kandang kemudian dimasukkan kedalam cooling room dan di identifikasi, yang meliputi pemeriksaan fisik antara jumlah yang tertera disurat jalan dengan yang diterima oleh Hatchery antara lain, jumlah telur dengan egg tray, asal kandang dan usia induk.      

Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas disebut HE (Hatching Egg) dan telur yang tidak layak tetas yang disebut grade out.
Berat telur yang ideal adalah 54 gram per butir, karena akan menyusut 30 % dari bobot awal. Sehingga akan mencapai berat ideal DOC yang memiliki bobot 36/37 gram.
Dalam proses seleksi telur, simpan telur secara hati-hati kedalam setter tray atau tray transportasi dimana ujung yang tumpul berada diatas.
Ciri-ciri telur yang layak ditetaskan :
·         Berat telur normal yaitu 50-60 gram.
·         Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan perbandingan 2 : 3.
·         Warna kulit telur berwarna coklat gelap.
·         Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3 mm.
·         Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik-bintik.

Ciri-ciri telur yang tidak layak tetas :
·         Kerabang telur tipis.
·         Kotor (floor egg)
·         Misshape (bintik bintik seperti jamur)
·         Ring egg
·         Terlalu panjang
·         Retak dan pecah
·         Abnormal
·         Double yolk (kuning telur 2)

   3. Cooling Room
Cooling room merupakan tempat penyimpanan telur tetas sementara sebelum disetting. Suhu ruangannya berkisar antara 16oC – 21oC, lama penyimpanan telur tetas di cooling room biasanya dilakukan selama 1-4 hari, jika lebih akan berefek negatif terhadap hatchability. Proses ini bertujuan agar suhu telur menjadi rata semua dan menekan pertumbuhan embrio di dalam telur sebelum masuk ke mesin tetas.

   4. Pre Warming
Pre warming (pra penghangatan) adalah pemanasan awal terhadap telur tetas sebelum di setting ke mesin setter dengan tujuan agar tidak terjadi “Heat Shock” atau untuk menyesuaikan suhu semua telur. Temperatur ruang yang ideal untuk pre warming adalah 24-, proses pre warming dilakukan dengan menaruh roda telur di depan ruangan setter sebelum dilakukan setting.

     5. Setting Telur Tetas
                   Setting adalah Proses masuknya telur kedalam mesin Setter sesuai dengan kode setting setelah melaluia Proses Pre Warming. Telur harus kehilangan berat selama Proses di Setter sebesar 13 – 14 % dari berat asli untuk mendapatkan ukuran kantong udara (Air Cell) yang ideal. Sehingga pada saat akan Transfer dilakukan Penimbangan yang bertujuan agar dapat mengetahui weight loss nya (Penyusutan) berat telur yang sangat erat kaitannya dengan humidity yang berpengaruh pada kualitas DOC yangdihasilkan.

     6. Weight Loss
Adalah Penyusutan berat Telur selama Proses Inkubasi di Setter  dalam satuan Persentase. Penyebab terjadinya penyusutan yaitu karena adanya peningkatan temperatur.
Factor factor yang mempengaruhi pencapaian Weight Loss , yaitu :
·         Berat Hatching Egg (HE)
·         Usia Induk
·         Lama Koleksi HE Di Cooling Room
·         Set Point Humidity
·         Waktu Transer (18 atau 19 hari)
·         Kualitas kerabang telur
    7. Mesin Setter dan Hatcher
            Dalam satu proses menetaskan telur secara buatan (mesin),ada dua jenis mesin yang digunakan untuk menetaskan telur tersebut, yaitu :
  Mesin Setter atau Incubator (Mesin Pengeraman)
Mesin ini berfungsi sebagai tempat pengeraman, dimana didalamnya terdapat 3 pengaturan penting mengenai suhu, kelembaban, dan turning. Penyimpanan telur di mesin setter selama 19 hari (498 jam) dengan menggunakan temperature 99,5oF (37,5oC) dan kelembaban 65-80 %. Mesin incubator ini ada dua jenis, yaitu :
·      Incubator Single Stage
Dimana mesin ini adalah sebuah mesin Incubator, yang dirancang khusus untuk produksi DOC dalam 1 putaran waktu setting. Dengan kata lain, mesin ini menyimpan kapasitas telur yang akan ditetaskan dalam waktu yang sama
·      Incubator Multi Stage
Berbeda dengan Sigle Stage, sesuai dengan namanya, mesin ini mampu menyimpan telur dalam keadaan koleksi setting yang berbeda usia dan kapasitas yang lebih besar, sehingga memungkinkan Multi Stage untuk membuat 1 alur kegiatan Penetasa yang terus berlanjut.
Dengan perbedaan antara Sigle Stage dan Multi Stage untuk membuat 1 alur kegiatan Penetasan yang terus berlanjut.

Ø Mesin Hatcher (Mesin Penetasan)
Mesin ini adalah mesin khusus untuk menetaskan. Sebagai proses penyelesaian dari mesin Setter atau Incubator. Berbeda dengan Incubator, mesin ini tidak mempunyai Turning. Selain itu, jika pada Incubator menggunakan Egg Tray, dimana telur disimpan dalam keadaan yang memudahkan keluar masuknya arus udara. Sedangkan, pada mesin Hatcher, tidak ada Egg Tray yang ada adalah keranjang, yang dirancang rapat, karena agar DOC yang telah menetas dapat terjaga, tanpa mengalai jatuh didalam mesin. Hatcher pada umumnya, tidak ada yang Multi Stage, dengan kata lain, Proses Hatcher hanya untukn satu kali alur produksi DOC.

8. Turning
            Turning telur di Setter bertujuan agar embrio dapat memanfaatkan seluruh Albumen Protein yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel membran khususnya pada minggu pertama incubasi. Idealnya turning setiap 1 jam 1x dengan sudut kemiringan 45o dengan sistem Automatic Electric yang bertujuan menhomogenkan ekspos panas terhadap telur tetas. Dengan turning yang baik akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan embrio didalam telur. Dan mencegah embrio agar tidak melekat pada cangkang telur.
Selama proses perkembangan embrio didalam telur terjadi peningkatan produksi panas didalam setter, dengan adanya turning akan membantu mendistribusikan udara dan membantu mendinginkan setter.

9. Transfer telur
Transfer yaitu proses pemindahan telur-telur fertil yang sudah berusia 18-19 hari dari mesin setter ke mesin hatcher melewati proses candling dan handling dan menggunakan suhu 98,5oF (36,7oC) dan kelembaban 85,5oF (32,2oC). Keakuratan dari proses transfer ini sangat penting untuk mendapatkan hatchability yang baik. Untuk itu kita harus jeli dan cepat tapi harus akurat.
Candling yaitu pemisahan antara telur yang memiliki embrio atau telur yang dibuahi dengan telur yang tidak memiliki embrio atau telur yang tidak dibuahi dengan cara penerepongan menggunakan cahaya. Candling dilakukan pada saat usia telur dalam mesin setter 18 hari. Telur yang memiliki embrio atau telur yang dibuahi disebut fertil dan telur yang tidak memiliki embrio atau yang tidak dibuahi disebut telur infertil, sedangkan telur busuk disebut exploder egg. Exploder egg adalah sebuah masalah besar yang harus dihadapi oleh hatchery karena hal ini dapat menyebabkan menurunnya hatchability dan juga dapat mempengaruhi dari kualitas DOC yang dihasilkan.
Perbedaan telur fertil dan infertil pada saat candling yaitu telur fertil akan tampak gelap karena di dalam telur tersebut terdapat embrio yang tumbuh, sedangkan telur infertil akan tampak merah karena cahaya lampu neon dapat menembus ke dalam telur karena di dalam telur tersebut tidak terdapat embrio yang tumbuh. Disitulah kita ambil telur-telur yang termasuk telur infertil. Dan candling kedua dilakukan seperti candling pertama.
Setelah proses candling selesai, telur kemudian dimasukkan ke dalam mesin hatcher dengan temperatur di dalam mesin hatcher adalah 98,5o F dan humidity 85,5o F.
10. Pull Chick
Pull Chick yaitu panen DOC atau dikeluarkannya anak ayam yang sudah menetas dan dilanjutkan dengan proses seleksi serta pengepakkan DOC. Menurut standar nasional, bobot minimal DOC harus tidak kurang dari 37 gram. Masa inkubasi normal untuk telur broiler di daerah tropis adalah 504 jam.
Kriteria dan syarat pull chick :
·         Semua telur secara keseluruhan sudah menetas.
·         DOC sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah disekitar bulu leher.
·         Navel (pusar) sudah menutup rapat dan kering.
Adapun pemisahan DOC dapat dikelompokkan sebagai berikut :
·         Grade 1/A atau platinum
·         Grade 2/B atau gold
·         DOC afkir (culling)
Sementara telur yang tidak menetas dikenal dengan istilah UNHATCH/DIS (deat in shell), dipergunakan untuk pakan ikan.

11. Grading, seleksi DOC, dan packing
 Pelaksanaan grading dan seleksi DOC harus di kerjakan pada ruangan dengan suhu 25-27oC dan kelembaban 60-70%. Seleksi DOC adalah memilih DOC yang berkualitas baik dan layak untuk di jual, kemudian di packing atau dimasukan kedalam box DOC. Adapun jenis box DOC yang biasa digunakan ada 3 jenis, diantaranya:
·         Box besar yang terbuat dari kardus dengan kapasitas 100 ekor DOC dan tambahan bonus 2 ekor DOC, jadi total kapasitas dalam 1 box adalah 102 ekor.
·         Box besar yang terbuat dari pelastik dengan kapasitas 100 ekor DOC dan tambahan bonus 2 ekor DOC, jadi total kapasitas dalam 1 box adalah 102.
·         Box kecil yang terbuat dari pelastik dengan kapaitas 50 ekor DOC dan tambahan bonus 1 ekor DOC, jadi total kapasitas dalam 1 box adalah 51
Tanda-tanda DOC berkualitas baik :
·         Pusarnya kering dan tertutup dengan baik
·         Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan tidak kering
·         Sikapnya lincah, responsive dan warna bulu tidak kusam
·         Besarnya relatif seragam (uniform)
·         Tidak ada cacat fisik ataunpun abnormal fisik
·         Mata cerah dan terang,
·         Hidung anak ayam ( nostril ) bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil yang menempel
·         Cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan yang minor dan mampu bereaksi normal dengan vaksin aktif yang diberikan.
Tanda-tanda DOC afkir :
·         Black Nevel (pusar hitam), penyebabnya over temperatur atau kelebihan suhu dimesin setter atau hachery.
·         Oven Nevel (pusar belum tertutup)
·         Omphalitis (pusar kuning atau pusar basah)
·         Sticky chick
·         Red gazer (kepala miring)
·         Red hocks
·         Perut kembung, penyebabnya over temperatur dan over humidity.
·         String Never (masih ada tali pusar)
·         Small chick (DOC kecil)
12. Pemberian Antibiotik
Memberikan antibiotik dengan cara suntik antibiotik dengan campuran Gentamyn dan Aqua destilata dengan campuran 100 ml : 100 ml, atau 1 botol Gentamyn berbanding dengan 1 botol aqua destilata. dengan dosis 100 ml untuk 2.00 ekor DOC.
Langkah-langkah pemberian antibiotik dengan cara injeksi :
1)      Persiapkan alat dan bahan.
-  Alat     : scorek, jarum suntik.
-  Bahan  : larutan Gentamyn dan Aquadestilata
2)      Larutkan kedua bahan tersebut.
3)      Pasang scorek dengan rapi (jarum suntik dan selang sebagai penghubung scorek ke dalam botol).
4)      Lakukan penyuntikan dengan teliti dan benar ( injeksi subkutan : dibawah kulit pada pangkal leher DOC) dengan dosis 0,1 – 0,2 ml untuk 1 ekor DOC. 
13. Distribusi
DOC dari Hatchery biasanya didistribusikan kesemua peternak yang bermaklun di perusahaan tersebut.

·         Egg tray digunakan untuk menyimpan telur.
·         Troly atau roda tray.
·         Egg buggy adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan telur di mesin setter.
·         Box digunakan sebagai tempat untuk menyimpan DOC.
·         Sapu, ember dan lap digunakan untuk sanitasi hatchery.
·         Blower digunakan untuk membantu sirkulasi udara.
·         Rak egg adalah tempat menyimpan telur dalam mesin hatcher.
·         Koran untuk mengalasi box DOC.
·         Sancin /selang digunakan untuk menyempot air.
·         Tong besar digunakan sebagai tempat menyimpan kerabang telur.
·         Detergen dan desinfektan digunakan untuk membunuh bibit penyakit.
·         Thermometer untuk mengukur suhu ruangan

Kurang lebihnya seperti yang saya tulis sesuai dengan pengalaman PKL di Hatchery Tanjung Mulya .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar